Selasa, 21 Februari 2017

:')

Mereka bilang ini sulit,
Mereka bilang ini berat, 
dan ternyata benar.

Aku menyesal dulu sempat berfikir untuk meninggalkan,
sempat terbesit keinginan untuk pergi menjauh.
Kini aku sadar, semua yang mereka katakan itu benar adanya.

Mereka tertatih untuk bertahan dan terus berjalan maju,
meski yang lain bersikap acuh tak acuh.
Mereka terus bangkit walaupun sudah berkali-kali jatuh.
Betapa kuat mereka menahan sakit itu.
Aku iri...

Sekarang lihatlah aku sangat rapuh,
Sebelum dimulai pun  sudah berfikir untuk mundur.

Sekarang aku tahu apa yang dirasakan mereka saat itu,
berada dijalan ini memang tidaklah mudah,
untuk bertahan pun sulit ketika banyak  yang memilih mundur.
Aku takut ditinggalkan,
Aku takut mereka pergi,
Aku takut berjuang sendirian.

Dan lihat, betapa tidak tahu dirinya aku,
padahal dulu aku yang sering bertingkah seperti itu.

Aku merasakannya sekarang, dan memutuskan untuk tetap bertahan.
Karena aku tahu lelahnya bertahan,
Aku tahu payahnya berjuang sendirian,
Aku tahu sedih saat mereka pergi meninggalkan.
Jadi aku tak ingin lagi bertingkah demikian.

Teruntuk bahu, kuat lah mulai dari sekarang,
Ada amanah yang harus kita emban.
Untuk kaki ku, bertahanlah walau terus jatuh,
Kita akan terus bangkit sampai pada batas itu.
Untuk hati, tabahlah.
Walau semua nya pergi meninggalkan, percayalah akan ada yang datang untuk menggantikan.
Akan ada orang-orang yang terus menguatkan,
Akan ada orang-orang yang terus membersamai dalam perjuangan.



-INS

Minggu, 05 Februari 2017

Seseorang yang Merindukan Pulang


Dia hanya duduk diam memandangi ombak yang selalu datang dan pergi dari bibir pantai, tanpa pernah bosan aku selalu melihat nya duduk di situ setiap sore.

Dia unik, pikirku. Tadi siang bersama teman-teman nya ia sangat ceria dan bahagia. Tapi saat senja ia selalu datang ke tempat itu. Hanya duduk diam di pinggir pantai sambil memeluk kedua lutut nya, menatap jauh ke arah ombak-ombak itu datang. Tatapan nya kosong, raut wajah yang kulihat siang tadi sirna tak berbekas. Seolah ada kesedihan dan kerinduan yang tersirat dalam raut wajahnya.

‘Hai’.... aku memberanikan diri menyapanya lebih dulu, memecahkan lamunan panjang nya sedari tadi. Akhirnya setelah berminggu-minggu aku yang hanya bisa melihat nya duduk disitu dari jauh, hari ini kuberanikan diri untuk mendekat dan menyapa.

‘Hai’... jawabnya singkat setelah menunjukan ekspresi keterkejutannya karena melihatku.

Yaah... seperti biasa, dia selalu dingin pada ku. “sedang apa kau?”, aku kembali bertanya sambil mendekat dan duduk tepat disamping nya. Kutatap lekat-lekat wajah nya dari jarak ini, sedekat itu aku bisa melihatnya dengan jelas.

“aku hanya sedang duduk saja.” Jawab nya singkat (lagi).
Aku diam, udara sore ini lumayan hangat, tapi ketika berbicara dan berada dekat laki-laki ini membuat suasana berubah jadi dingin. Ah aku lupa, dia memang seperti ini orang nya, dingin pada orang-orang yang ia anggap asing. Dan hangat pada beberapa orang saja yang benar-benar kenal dekat dengannya.

Aku berpikir keras untuk menemukan topik apa yang bisa ku bicarakan, agar sore ini menjadi panjang bersamanya.
“kau suka ombak?” tanya ku tiba-tiba..
Dia menolah kearahku, menatap ku heran.
“ah, aku hanya bertanya saja, karena aku sering melihatmu duduk disini setiap sore” jelas ku. 
“ aku tidak suka ombak”  jawabnya sambil kembali menatap ombak-ombak itu. 

“Kenapa?” tanya ku lagi, aku rasa sekarang suasana nya sudah sedikit mencair, tidak sedingin tadi.

“karena ombak selalu bebas untuk datang dan pergi dari pantai nya, seperti selalu diterima untuk pulang walaupun ia selalu pergi dan pergi lagi.”

Aku terdiam sejenak mendengar jawabannya, lalu kucerna kalimat yang ia ucapkan, dan mulai timbul banyak pertanyaan-pertanyaan aneh di kepalaku. yang menunjukkan betapa ingin tahunya aku tentang dirinya.  tapi aku menahan diri. 

“kalau aku suka sekali ombak, setidaknya dia selalu kembali pada pantainya walaupun setelah itu pergi lagi. Tapi menenangkan rasanya ketika menyadari bahwa yang pergi pasti akan kembali lagi dengan segera, bagi pantai itu cukup.” Aku mencoba menghibur dengan menjelaskan pendapatku dari sudut pandang yang berbeda, agar kuharap laki-laki ini sedikit berkurang kesedihannya. Aku rasa ia punya masalah dengan kata “pulang dan pergi”.

“coba beri alasana kenapa pantai harus menerima ombak yang sudah berkali-kali meninggalkannya?” tanya-nya.

“karena pantai dan ombak itu satu paket. Bukan pantai jika tidak ada ombak yang datang dan pergi, mungkin hanya akan jadi gurun pasir saja. Dan ombak tak akan pernah jadi ombak jika tidak ada pantainya, hanya akan jadi kumpulan air  yang tenang saja di tengah samudera. Jadi yang dari awal sudah diciptakan satu paket tidak akan ada alasan untuk saling membenci”. Aku menjawab pertanyaan nya dengan yakin, lalu ia tersenyum  pada ku.

Sore itu, suasana senja di pinggir pantai lengkap dengan ombak nya terlihat romantis. Menciptakan suasana yang puitis dan sangat manis.
Kami hanya duduk saja setelah percakapan tentang ombak, duduk sambil menyaksikan matahari terbenam, sampai langit jingga berubah gelap. lalu setelah itu kami memutuskan untuk beranjak dan melangkah pergi ketempat masing-masing.

-INS